REFLEKSI SEBUAH RUANG dan WAKTU

\



Konsep ruang dang waktu memang sangat menarik untuk dijadikan sebuah topik pembicaraan. Manusia sangat tergila-gila untuk menemukan cara memanipulasi ruang maupun waktu. Banyak sudah judul film maupun novel yang mengangkat tema manipulasi ruang dan waktu mulai dari film Hollywood sampai kartun anak-anak. Mulai dari novel best seller sampai pada komik dan cerpen. 

Lalu seperti apakah sebenarnya wujud dari ruang dan waktu? bagaimana kita memanipulasi bahkan mungkin mengendalikan ruang dan waktu? dimana batasnya?

Seperti halnya banyak orang, saya dibesarkan juga lewat tontonan dan mimpi-mimpi untuk suatu saat dapat menjelajah waktu. Menjadi seorang time traveller. Namun perlahan pikiran seperti itu menghilang seiring berjalannya usia.

Sampai suatu ketika saya dikenalkan kembali dengan istilah menarik lewat sebuah tulisan dalam Blog dari Prof Marsigit berjudul Elegi Seorang Hamba Menggapai Ruang dan Waktu. Saya mulai kembali menyelami bagaimana pandangan filsafat untuk melihat konsep ruang dan waktu ini. Di dalam elegi tersebut digambarkan makhluk pemangsa ruang dan waktu yang dengan sombongnya mengangkat dirinya sebagai seorang yang paling hebat. Sampai kemudian dia bertemu penjaga ruang dan waktu yang menghentikannya.

Kemudian saya bertanya kepada beliau Prof Marsigit dalam sebuah perkuliahan hari Selasa, 9-10-2018. Saya bertanya "Bagaimana ciri seseorang yang mampu menguasai ruang dan waktu?" Maka beliau menjawab " Tiadalah orang yang mampu sebenar-benar menguasai ruang dan waktu, yang ada hanyalah berusaha." Kemudian beliau melanjutkan dengan, " Maka seseorang itu menguasai ruang dan waktu jika, satu dia itu ada. Apa yang dimaksud ada? ialah punya kesadaran disitu. Punya kesadaran di ruang yang semestinya dia ada. Sebaliknya dia terancam kematian. Orang yang tidak berada di ruang dan waktu yang tepat terancam kematian." 

Sampai disini saya mulai mempunyai gambaran sebuah ruang dan waktu adalah berdasar kesadaran dimana seseorang itu sedang berada. Namun kemudian muncul pertanyaan dari pernyataan bahwa orang yang tidak berada di ruang waktu yang tepat terancam kematian. Maka Prof Marsigit melanjutkan penjelasan beliau, " Ini arti yang harfiah, kamu masuk kandang macan, ya terancam kematian la wong jelas mau dimakan macan. Tapi sebenar-benar kematian itu merentang dari bumi sampai langit. Maka, jika semestinya anda berfikir tapi tidak berfikir, secara filsafat anda itu adalah orang yang mati." Sampai sini beliau kemudian menjelaskan pengertian kematian dalam beberapa bidang yaitu dalam filsafat, dalam pandangan seorang Ustad, dalam pandangan seorang Bankir, dan dalam pandangan Politisi. Kemudian beliau melanjutkan, " Maka bagaimana caranya anda tahu anda berada di ruang yang cocok, yang benar, yang tepat, yang sesuai, yaitu anda menyadarinya. Maka tiadalah orang yang mampu menguasai ruang dan waktu. Tetapi dia sadar atau tidak sadar, mau tidak mau, dia sudah berada di suatu ruang. Sedangkan kalau dia tidak mengerti ampunannya lebih ringan, karena dia tidak mengerti, walaupun keadaannya buruk, atau bodoh, atau mitos. Mitos itu ruang yang berhenti atau ruang gelap."

Dari penjelasan beliau ini maka semakin jelas bahwa ruang adalah lingkup dimana kita berada, dengan siapa atau apa kita berhadapan, dan apapun elemen interaksi yang dapat terjadi dalam ruang kita masing-masing. Maka batas ruang adalah batasan kita sendiri. Sampai sini beliau kemudian menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari beberapa mahasiswa lain. Namun saya  masih penasaran lalu mengapa ruang sering bersanding dengan waktu. Kemudian saat Mbak Diana bertanya tentang bagaimana sesuatu itu dipandang baik, beliau menjawab bahwa sesuatu dipandang baik, paling baik sesuai ruang dan waktunya. Maka dari sini beliau menjelaskan lebih jauh mengenai konsep ruang dan waktu. Beliau berkata,"Kalau tidak sesuai ruang dan waktu, tidak baik. hanya masalahnya ruang dan waktu apa? ternyata semuanya. Ruang apa? Semuanya, ruang nya Marsigit, ruang kuliah, bajunya Marsigit, jaketnya Marsigit semua adalah ruang, bahkan waktupun ruang. Waktu adalah ruang, ruang adalah waktu. Tak mungkin memahami ruang tanpa waktu, tak mungkin memahami waktu tanpa ruang, maka ruang adalah waktu, dan waktu adalah ruang. Kamu bisa menentukan disini pasti hubungannya dengan kapan. Kalau ga ada kapan nya kamu ga bisa disini. Jadi dalam filsafat itu orang yang bodoh adalah yang tidak sesuai ruang dan waktu. Harusnya pake baju ga pake baju itu bodoh. Kalau dia kesadarannya sudah ditingkatkan tetapi tidak mengenal ruang dan waktu, disorientasi alias gila."

Dari penjelasan terakhir ini tampaklah bahwa ruang adalah waktu dan waktu adalah ruang. Sebuah istilah yang mudah dikatakan namun sedikit rumit untuk dimengerti. Beliau menambahkan penjelasan tidak mungkin memahami ruang tanpa waktu. Secara analogi yang lebih mudah yang coba saya buat sendiri yaitu ketika kita bertanya kepada seseorang apakah rumah ini kosong? rumah adalah sebuah ruang kongkrit yang dapat kita lihat kemudian pertanyaan apakah rumah tersebut kosong, maka memunculkan dua jawaban ya dan tidak. Bisa tergantung dari kapan waktu yang kita mau tanyakan? jika saat itu rumah tersebut ditinggal kerja oleh pemiliknya maka bisa jadi jawabannya iya rumah tersebut kosong. Jika nanti pemiliknya kembali maka jawaban iya tadi tidak berlaku lagi. Maka disini orang yang menjawab dan bertanya harus sepakat pada waktu kapan yang ingin diketahui oleh si penanya. Dari sini kita dapat memahami ruang dengan waktu dan tidak mungkin kita menjawab benar pertanyaan sederhana tadi jika tidak sesuai waktunya. Kemudian tak mungkin memahami waktu tanpa ruang. Karena waktu juga pasti memiliki ruang. Contoh sederhananya adalah seseorang menunggu selama 3 jam. Maka waktu sepanjang 3 jam itu adalah Ruang dalam waktu.


Comments